Wednesday, January 21, 2009

BEHIND the Scene GRAMMAR SUROBOYO 3 EPISODE MANTAB JAYA



Behind the Scene GRAMMAR SUROBOYO 3
Beberapa orang bilang bikin film trilogy punya beban tersendiri. Bikin film sekuel aja udah bikin kepala pusing soalnya musti bisa bikin penonton suka dan layak disebut sekuel karena difilm bagian pertama sudah mendapat tempat tersendiri dihati penonton.
GRAMMAR ya..cerita soal persahabatan antara Suro (hiu) dan Boyo (buaya) yang untuk sekelas film kacangan terbilang sangat sukses memiliki banyak penggemar. Sampai saat ini anggota “jancokersGRAMMAR”(penggemar film Grammar) di Friendster sudah melebihi target bahkan masih terus bertambah, sekarang sudah mencapai sekitar 620 anggota…dan belum genap sebulan membuka group di Facebooks..angka anggotanya sudah mencapai sekitar 130 belum genap 1 bulan meski awalnya dengan meng-invite temen2 deket namun sekarang anggotanya mulai bertambah secara sukarela. Angka tersebut bagi saya sudah cukup memuaskan….itu pun hanya angka yang terdeteksi belum termasuk “jancokersGrammars” yang tidak terhubung dengan internet.


Kali ini GRAMMAR sudah masuk fase Trilogi…sempat ngobrol bareng mas Tosan, orang yang sudah lebih dulu aktif di film indie Surabaya dan memiliki lebih dari 30 judul film pendek yang semuanya tidak bisa dikatakan ecek2. Mas Tosan sekaligus senior saya waktu kuliah didesain ITS dulu.
Menurutnya bikin film trilogy sangat berat dibagian 3. beberapa contoh film luar layer lebar pun banyak mengalami kegagalan meski ada juga yang berhasil. Mas Tosan pun sempat mengalaminya dibeberapa judul filmnya. Saya sendiri juga pernah mengalami difilm Gathotkaca bagian ke 3 dimana orang sudah mengalami titik kebosanan dengan film yang sama. Saya sadar begitu berat memang tapi memang harus dicoba…apalagi GRAMMAR sudah memiliki pasar dan memang sudah ditunggu episode barunya.


Pembuatan episode 3 ini ternyata membutuhkan usaha yang lebih. Kami orang2 dibalik “GRAMMAR” semakin sibuk dengan pekerjaan kami. kami sudah sangat jarang bertemu apalagi Gunawan (pengisi Boyo) sudah pindah bekerja di Semarang dan mungkin dia menetap disana. Di Grammar 2, Gunawan rela datang dan hanya menginjakkan kaki di Surabaya selama sehari hanya untuk mengisi suara Boyo Digdoyo. Oleh karena itu di episode 3 ini saya dan Ari (pengisi suara Suro) berangkat ke Semarang menemui Gunawan untuk take suara.

Dengan bermodal uang hasil menang festifal GRAMMAR 1 kami berangkat naik bis pada hari jumat tengah malam dari terminal Bungurasih di Surabaya. Kami berangkat ke Semarang disela hari kerja kami. kebetulan sabtu minggu kami libur. Rencana kami, kami akan kembali ke Surabaya minggu malam.

Esok paginya di Semarang, Gunawan telah mempersiapkan semuanya. Setelah beristirahat kami bersiap untuk rekaman suara. Di Semarang kami sempat bertemu dengan anak2 semarang yang kebetulan suka dengan GRAMMAR. Ternyata film ini juga disambut positip oleh masyarakat luar kota Surabaya.

Kita rekaman di Pegunungan Ungaran dengan menyewa hotel kecil disana, kami pun mulai membaca satu persatu dialog dan misuh2 dalam kamar hotel. Sampai tengah malam kita selesai rekaman.

Selama di Semarang kami menikmati suasana disana sambil refresing lah….banyak sebenernya yang bisa diceritain…bener2 melelahkan..bahkan Ari harus aku tinggal di Semarang bersama Gunawan karena dia tiba2 sakit..sementara saya terpaksa kembali ke Surabaya sendirian karena saya sudah berjanji untuk masuk kantor hari senin dan menyelesaikan tugas saya…sambil sesekali menelepon keadaan Ari di Semarang saya pun kembali ke Surabaya.

Tidak hanya itu, ketika Ari kembali ke Surabaya, motor Ari yang dititipkan dikantor saya tiba2 mogok, padahal motornya ini baru. Kami juga kehujanan karena Surabaya sedang musim hujan. Hujan saat itu begitu lebat, dengan motor yang mogok itu kami kehujanan untunglah ada rumah teman kami yang bisa kami hinggapi (koyo laler ae) untuk berteduh menunggu hujan reda…

Fyuiih…ya begitulah .. itu baru proses ambil suara aja belum yang laen2nya… secara keseluruhan film ini dikerjakan selama 3 bulan dengan mencuri2 waktu diantara kesibukan saya sebagai seorang desainer grafis…..mulai bulan awal nopember untuk penggodokan scenario , dan pengerjaan animasi + editing dari desember sampai akir januari



MENGAPA HARUS ADA MISUH di film ini?

Apa sebenernya tujuan awal pembuatan film ini??
BRANDING, Yaitu memperkenalkan dua karakter lokal mitologi Surabaya khususnya bagi warga Surabaya sendiri. Saya berharap semua orang mengenal dengan baik karakter ini, setiap orang bisa merasakan karakter ini hidup, bukan hanya dari cerita mitologi pertarungan yang sebenernya masyarakat sendiri tidak merasakan cerita tersebut…tapi lebih dari itu, karena film ini seoalah berbicara tentang kehidupan masyarakat sendiri. Kehidupan social masyarakat Surabaya.
Jadi sebenernya film ini tidak mengajarkan anda untuk misuh ataupun menghalalkan misuh. Semua tergantung pribadi anda.
Tidak dapat dipungkiri, Misuh adalah suatu kebiasaan tidak baik yang terlanjur melekat dikehidupan social warga Surabaya dan amat sangat susah dihilangkan. Oleh sebab itu film ini pun tidak bisa lepas dari pisuhan karena sudah masuk menjadi GRAMMAR (tata bahasa) orang Surabaya.

Film ini mencoba menggambarkan kehidupan social itu. Dengan resiko membuat orang jadi ikut2an misuh, film ini pun dikategorikan untuk orang DEWASA meski media animasi 2 dimensi yang biasa untuk anak2.
DEWASA dalam arti seseorang yang mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bisa ditiru dan mana yang tidak boleh. Karena sesungguhnya banyak hal positif yang bisa diambil dari dalam film ini lebih dari sekedar pisuhan. Misalnya persahabatan suro-boyo dan isu social dalam film. Jadi apakah anda termasuk orang2 DEWASA itu?